Rabu, 29 Desember 2010

Tinta Cinta untuk Lusiana


Judul Buku : Tinta Cinta untuk Lusiana
Penulis : Prof. Dr. H. Djoni Djunaedi, dr., Sp.PD., KPTI
Penyunting : Jamsari dan Elisa
Penerbit : Mata Padi Presindo Yogyakarta
Tebal : xxii+108
Cetakan : Juni 2010
ISBN : 978-602-96721-6-9

   

Seuntai Karya untuk Lusi

Berjuta cerita yang pernah terangkai dalam hati, terukir di jiwa akan menjadi sejarah dimana seseorang mempunyai nilai dan arti kehidupan di mata Tuhan dan umat-Nya. Apa-apa yang terajut dan sempat mengikrarkan kata “Cinta” dan menyatukan belahan jiwa yang satu dan lainnya hingga menghasilkan renum buah keturunan, semata-mata bagian dari aktualisasi proses kehidupan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.”  
 
Kira-kira, dalam menciptakan peradaban rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah adalah estafet kelangsungan hidup seseorang yang dianggap mampu untuk melanjutkan kisah-kisah mimpinya untuk meraih masa depan di kemudian hari.”

Itulah salah satu kisah dan bentuk kekuasaan yang dimanifestasikan Tuhan pada tiap-tiap insan sebagai hamba yang selalu dituntut untuk lebih bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya.

Sosok Lusiana dalam diri Prof. Djoni bukan sekedar pendamping hidup; tetapi tersimpan sejuta kisah, kenangan, doa, dan harapan yang sempat terejawantahkan menjadi lukisan keberhasilan dan tauladan hidup bagi putra-putrinya. Profesor, betapa merindukan untuk mewujudkan mimpi ‘harapannya’ menjadi kisah nyata yang tak luput dari upaya dan doa. Di samping berkat ikhtiar dan kerja kerasnya dalam menempuh studinya, disitulah sosok Lusiana berada dan berdiri dengan keteguhan cintanya untuk Prof. Djoni.

Raihan mimpi Prof. Djoni akan terasa ganjil dan tak sempurna jika tanpa kehadiran sosok Lusiana sebagai peranan seorang istri yang selalu setia dan sungguh-sungguh memahami, bagaimana ia mengantarkan suaminya menuju gerbang kesuksesan. Proses kesetiaan dari waktu ke waktu yang Lusiana tekuni dalam kebersamaannya dengan Profesor, memiliki nilai perjuangan yang tak dapat tergantikan oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Sebab ketulusan yang selalu membalut hati Lusiana untuk Profesor adalah jejak murni implementasi kebahagiaan atas dasar cinta yang mereka kail bersama.

Lusiana menjadi sosok istimewa di balik keberhasilan Prof. Djoni pada masa-masa awal menempuh kehidupan berumah tangga hingga Lusiana beranjak tutup usia. Dari segala cobaan yang mereka lalui, waktu pertama kali Prof. Djoni meminang Lusiana hingga memiliki momongan dan membesarkan anak-anaknya tak lepas dari jerih payah mereka berdua yang selalu menyamakan ide-ide kebersamaan dalam titik kesadaran. Dasar kesamaan ide yang membentuk tujuan kepasrahan hidup mereka berdua, terlebih keyakinan diri Lusiana, akhirnya mampu terealisasikan sampai pada garis-garis pencerahan yang kini Profesor jalani.

Lusiana, semenjak Prof. Djoni menempuh jenjang pendidikan selanjutnya hingga meraih gelar Profesor, hanya langkah waktu dan iringan khidmat doa yang menjadi saksi sejarah dimana kiprah Lusiana yang selalu memberikan semangat, menenami, dan memberikan celah untuk memecahkan jalan-jalan buntu pada diri Profesor. Peran Lusiana sangat berarti dan begitu vital, hadir sebagai istri yang tetap setia, sahabat yang mampu menghibur lara, penyejuk jiwa di kala Profesor sedih dan bahagia, penyiram hati di kala Profesor dahaga, pelantun tembang jiwa ketika Profesor nestapa, penyelaras kata hati dan jiwa se-iya-se-kata di masa terjal, penuntun langkah dalam berpikir di saat stagnan, penyangga khasanah pergulatan batin di saat meronta, dan kata yang paling tepat bagi Profesor untuk Lusiana adalah; “ia, Lusiana, segala-galanya bagi Prof. Djoni.”

Dalam mengantarkan diri Prof. Djoni sebagai manusia yang utuh, seharusnya Lusiana hadir dan bisa menikmati buah ketulusannya di saat Profesor bisa mencapai titik mimpinya. “Mestinya Lusiana ada di sampingku hari ini”, kira-kira kata Prof. Djoni dalam batinnya setelah menggapai angan dan mimpinya. Karena faktor terbesar di atas kodrat Tuhan dalam keberhasilannya terselip doa, kiprah dan jerih payah sosok Lusiana yang tak kenal lelah. Ia selalu ada, dimana Prof. Djoni berada dalam duka dan berjuang menembus asa, rasa, dan karya. Lusiana yang sangat Prof. Djoni cintai akan selalu melekat di hati meskipun jarak di antara mereka telah terpisahkan oleh dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

Unforgetable memory,

Prof. Djoni tak henti-hentinya mendoakan permata hatinya (Lusiana) di tiap porosnya waktu dan bergulirnya roda-roda kehidupan. Rasa syukur yang ia panjatkan pada Tuhannya mempunyai kedekatan nilai spiritual yang tak jauh beda dari Lusiana. Hingga sepenggal catatan dirinya, anak-anak, teman-teman, kolega, sampai pembantu rumah tangga sampai pada sisi kehidupan lain, Lusiana harus Profesor hadirkan sebagai bentuk memori dan persembahan dalam memaknai niatan tulus, ikhlas, serta syukur yang mendalam pada Tuhan dan diri Lusiana tercinta.

Lusiana, akan tetap terukir di kedalaman nurani dan batin jiwa Prof. Djoni hingga ujung waktu. Kehidupan yang paling berarti bagi Profesor adalah wujud cinta, ketabahan, kesetiaan, dan melanjutkan perjuangan Lusiana agar kelak bisa bertemu kembali menjemput Lusiana di keharibaan rindu.

Lusiana…, engkaulah bahtera kehidupan atas nama cinta dan segalanya bagi Prof. Djoni. Engkau yang dia puja, dia rindu, dia lantunkan di tiap-tiap hikayah dan doa yang tak akan hilang ditelan hiruk-pikuk zaman.

Malang, 3 September 2010
Jamsari
Malang, 2 Oktober 2010
Elisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email