Rabu, 27 Oktober 2010

Penulisan

Menulislah Dengan Hati 
Oleh: JAMSARI* 

“Menulis itu mudah….”, kata yang pernah terucap dari seorang penulis bernama Arswendo Atmowiloto. Menulis bukan semata mata terbentuk karena talenta maupun mengikuti diklat dasar-dasar penulisan dari bangku sekolah, perkuliahan atau belajar dari kawan tetapi membutuhkan motivasi dan kekuatan hati yang dalam.

Sedangkan Pramoedya Ananta Toer mencatat dalam Rumah Kaca; “menulislah, apapun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna.” Ikhwal yang patut kita renungkan dari apa yang dikatakan Arswendo dan Pram adalah ketika diri kita dan hati kita ingin menulis dengan sungguh-sungguh dan memulainya maka coba, dan tulis apapun yang ada dibenak pemikiran kita.

Banyak penulis yang megilusterasikan bagaimana sukses dan indahnya menulis ibarat naik sepeda motor. Sekali mencoba belum tentu bisa dan harus sering dicoba dan membutuhkan keberanian yang intens. Semakin banyak mencoba meskipun kadang harus terjatuh dan terluka maka akan semakin mahir.


Bagaimana menulis dikatakan mudah maka belajarlah menulis dengan hati yang dalam penuh kesabaran. Menulis dikatakan keterampilan sebetulnya setiap orang dapat melakukanya asalkan ada kemauan untuk mencoba, dan terus berlatih. Memang menulis ala kadarnya semua orang bisa namun ketika menulis untuk tulisan yang berbobot dan disuguhkan pembaca maka persoalan menulis akan menjadi kompleks.

Dasar Menulis Adalah Cinta Cinta adalah kata utama yang sering diungkapkan untuk memulai ativitas apapan dalam hidup sehari-hari. Sebab dengan tuntunan cinta maka kita akan semakin mampu memaknai dan menjiwai lalu menyayangi dan lebih bersemangat dalam menjalankan rutinitas. Cinta dalam menulis bukan diartikan sebatas membaca dan menulis tanpa ada alasan dan pilihan. Karena tulisan lazimnya terdapat berbagai jenis. Ada berita, opini, artikel, novel (fiksi/nonfiksi), makalah, jurnal literatur ilmiah, resensi, dan sebagainya. Memilih dan memilah apa saja jenis penulisan yang kita inginkan dan ingin kita tekuni maka harus dimulai dari dasar agar tidak ambigu dalam spesifikasi pilihan yang kita tentukan. Dalam dunia jurnalistik dikatakan menulis pertama-tama haruslah memiliki kriteria objek rumusan lima W satu H (what, when, where, why, who, how).

Tetapi rumus tersebut bagi pemula adalah sesuatu yang harus dijiwai sebab ketentuan menulis ketika kata-kata yang terangkai menjadi bentuk kalimat maka harus mempunyai pemahaman yang mudah, enak, dan gampang dimengerti pembaca. Kedua, pilihan kata. Kata yang kita pilih tentunya harus mempunyai pola SPOK ( Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan). Artinya kata-kata yang dipilih tidak membingungkan pembaca, tidak membuat kerancuan bahasa, dan mudah dimengerti pembaca, kecuali memang tulisan yang kita tekuni adalah berbentuk karya tulis sastra yang kebanyakan membutuhkan pemikirin laten. Ketiga, rujukan.

Artinya sebuah teori yang kita tekuni dan menjadi kapasitas kita maka terapkanlah teori tersebut sebagai pembanding. Sehingga tulisan kita tidak terkesan kosong, ada ruang argumentasi yang membuat pembaca semakin yakin kalau tulisan yang kita buat betul-betul valid. Disamping itu teori bersifat dinamis dalam kehidupan kita.

Hal tersebut tidak hanya kita dapatkan dari buku-buku, melainkan dari berbagai sumber, koran, majalah, internet, diskusi, dan sebagainya. Rujukan juga menjadi kekuatan penting dalam membangun tulisan kita untuk lebih bersifat informatif aktual, intelektual, dan nilai-nilai pengetahuan pada amasyarakat pembaca. Maka rujukan adalah dasar penting penulisan sebagi pembanding dan informasi aktual serta memperkaya pengetahuan.

Keempat, ide. Bahwa dalam menulis ide kreatif adalah kunci bagaimana tulisan kita disamping argumentatif juga memiliki nalar perubahan dan memberikan pencerahan terhadap para pembaca. Tak heran kalau kadang-kadang orang menulis tiba-tiba berhenti dipertengahan karena kehabisan ide. Ide muncul tanpa kita sadari dan kita rancang sebelumnya. Maka yang menarik ketika kita mendapatkan sebuah ide lalu bergegaslah dicatat, dan dikembangkan dengan rujukan yang ada se-naratif, se-argumentatif, se-ekploratif mungkin agar tidak kehilangan ide-ide selanjutnya. Persoalan yang sering terjadi ketika menulis setelah muncul ide pertama biasanya ide-ide selanjutnya akan terus mengalir dan mengikuti dari perjalanan ide yang pertama. Hal demikian memang penting tetapi semua ide yang ada agar tulisan dapat terarah dan tersusun sesuai grand tema yang kita tentukan maka fokus dengan ide agar tidak mengalami kebuntuan ide-ide selanjutnya.

Kelima, menarik. Artinya tulisan yang kita buat selain aktual bagaimana tulisan itu harus dikemas dan diracik semenarik mungkin. Sehingga tulisan tersebut memiliki magnet, daya pikat bagi pembaca. Ketika orang membaca langsung dapat tertarik, dan dapat menemukan ”cinta” pada tulisan yang kita tulis. Yang terakhir adalah, yakin dan niat. Seperti apa yang katakan Pramoedya Bahwa tulisan yang kita tulis akan memiliki manfaat dan berguna beberapa tahun yang akan datang. Meskipun tidak berguna bagi orang lain paling tidak berguna bagi diri sendiri. Sebab keyakinan dan niat dalam menulis memang menjadi dasar dan cinta utama bagaiamana proses dan memulai menulis dengan hati.

Tak lepas bagaimana memulai dan mewujudkan penulisan yang terpenting adalah bagaimana gemar membaca dan mencoba menuliskan apa yang sudah dibaca dengan pemahaman yang didapat. Sebab dalam dunia filsafat pendidikan dikatakan; ”membaca dan menulis ibarat makan dan minum”, jika kita makan lalu tidak minum maka proses pencernaan akan tersendat-sendat. Begitu kalau kita hanya minum tanpa makan maka kekuatan energi tubuh akan tidak stabil.

Maka dari itu membaca dan menulis adalah satu rangkaian yang seharusnya tidak boleh terpisahkan. Membaca, menulis, menjelaskan satuan kerangka cinta yang harus diyakini bagi para penulis semuanya, terlebih bagi para pemula.

Menulis bukan sesuatu yang sulit. Seperti kata pepatah ”where there is a while there is a way” (di mana ada kemauan disitu pasti ada jalan). Lantas, jangan takut untuk tidak bisa menulis, dan jangan menyerah untuk mewujudkan keinginanmu untuk menulis sebab sesuatu yang kita tanam asalkan dirawat dengan baik, teliti, jeli akan kekurangan dan sabar maka akan merenumkan buah yang dapat dinikmati kelezatanya untuk diri kita dan lingkungan hidup sekitarnya. Menulislah. Dengan hati, kamu mampu dan pasti bisa.
(Dimuat di Malang post, Menulislah Dengan Hati, Minggu, 25 Oktober 2009). 

*Mahasiswa FISIP Ilmu KomunikasiUMM,
Penggiat Forum Rumah Baca Cerdas (RBC) Malang dan
Ketua Forum Madzab Djaeng Multicultural Studies and Social Sciences Malang

2 komentar:

Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email