Selasa, 30 November 2010

Bangsa yang Terdidik

Judul Buku : Menjadi Bangsa Terdidik 
Penulis : Soedjatmoko 
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara 
Tebal : xviii+262 halaman 
Cetakan : Januari, 2010 
ISBN : 978-979-709-458-4



Apakah Indonesia Tergolong Bangsa Terdidik?  
Oleh: JAMSARI*
Menjadi Bangsa Terdidik” bukan sekedar kumpulan catatan Soedjatmoko tetapi ide brilian genius dan visioner sebab persoalan pendidikan pada suatu bangsa adalah hakekat harkat dan martabat dengan nilai tertinggi.

Apakah Indonesia sudah layak menyandang predikat sebagai bangsa terdidik? Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan kerutan dahi dan basahnya keringat di kening kita semua. Dalam buku itu Soedjatmoko mengetengahkan pemikiran untuk menatap Indonesia ke depan, menoleh serius-betapa pentingnya pendidikan dan kemampuan belajar bagi rakyat Indonesia untuk terus ditingkatkan dan tetap berproses sebagai pilar kemajuan bangsa. Sumber daya manusialah yang harus dimantapkan dan digodok agar bangsa Indonesia mampu merubah karakter pendidikan dan dirinya.
Pemuda adalah aset masa depan bangsa. Oleh karenanya, pemikiran Soedjatmoko memiliki konstruksi yang tak lekang oleh zaman. Sehingga daya jangkau pemikiran bagi generasi bangsa kekinian, bahwa; ide, gagasan, spirit pembangunan karakter bangsa bagaimana terbentuk sejak masa kanak-kanak, remaja dan dewasa melalui pendidikan yang bermartabat.

Mantan Duta Besar RI pada 1968-1971 itu melihat bahwa adanya perubahan suatu bangsa untuk lebih maju dan berkembang memerlukan beberapa pilar dan perangkat sumber daya manusia dan keselarasan hidup. Pertama, bahwa lahirnya cendikiawan, intelektual dan perannya sebagai cermin pendidikan suatu bangsa. Mereka menjadi tolok ukur utama dalam pembangunan bangsa berkembang dengan tanda instabilitas dan heterogenitas struktur kekuasaan.

Tantangannya adalah pilihan mereka untuk masuk dalam struktur kekuasaan atau terlibat dalam politik praktis. Apakah mental intelektual bangsa Indonesia kini dalam membangun integritas, kejujuran, dan peran pembangunan bangsa menuju kedewasaan pembelajaran yang membuahkan learning capacity of nation sudah terjawab dalam pendidikan berbangsa yang bermartabat?

Kedua, peningkatan sumber daya manusia memuat pendidikan dasar bagi anak-anak bangsa untuk lebih kreatif tanpa menyakiti lingkungan (alam) sebab salah satu kerusakan alam disitu pelakunya adalah manusia itu sendiri. Disitulah pentingnya pendidikan kemanusiaan bagi anak-anak bangsa dalam mengenal ekologis melalui peningkatan sumber daya manusia yang berperikemanusiaan.

Namun sayang, dalam konteks resolusi semakin meningkatnya populasi, perpindahan penduduk, gejolak-gejolak sosial dan politik di kota-kota besar bagaimana dihadapi dengan kekuatan sumber daya manusia secara arif dan bijaksana, Indonesia rupanya masih memiliki kendala seperti pada zaman Orde Baru melalui program keluarga berencana (KB) sebagai solusi dalam mengatasi jumlah peningkatan populasi yang terus memadat.

Ketiga, pendidikan yang bersifat global. Maka bagaimana peran Perguruan Tinggi menjadi mesin penggerak terpenting dalam mengantarkan perjalanan bangsa Indonesia menuju peradaban dunia-seiring perubahan dan perkembangan zaman yang begitu cepat. Universitas diyakini dapat menjadi instrument yang siap membantu manusia untuk terus memikirkan masa depannya, dirinya dan persoalan-persoalan yang dihadapinya.


Tumpuan Masa Depan
Gagasan yang menarik kalau akhir-akhir ini kita membaca sederet peristiwa kegalauan politik, ketidak konsistensian pendidikan, bertambahnya kerusakan alam, gempuran budaya globalisasi, kerapuhan agama, serta munculnya gejolak-gejolak sosial baru lainnya maka bagimana kita mensikapi hal tersebut dengan cantik dan cerdas melalui ilmu pengetahuan.

Pengetahuan sebagai sumber pembangunan dimana tiap manusia akan menyandang sebuah peradaban modern, industrialisasi, pertanian, peternakan, dan lain sebagainya untuk mematangkan penelusuran masa depan. Dari mana pengetahuan itu lahir? Mantan rektor Universitas PBB Tokyo, Jepang (1980-1987) itu mengungkapkan bahwa Universitas diharapkan mampu membina manusia untuk tetap eksis dalam membenahi pengetahuan secara teoritis dan implikatif serta memupuk dan melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru secara dinamis. Bahwa kapasitas perkembangan pengetahuan pada Universitas bisa diandalkan dalam mengembangkan otak dan watak guna mencapai tujuan manusia berbangsa secara utuh dan mempunyai kesadaran tinggi dalam berpengetahuan.
Proses membangun masa depan juga tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan belaka, tetapi eksistensi budaya, nilai-nilai agama, bahasa kesatuan menjadi hal penting sebagai sarana komunikasi masyarakat, identitas dan nilai nasionalisme. Soedjatmoko dalam pidatonya sewaktu konggres ke-4 Persatuan Mahasiswa Islam Amerika Serikat (PERMIAS) di San Fransisco, bahwa tugas mahasiswa Indonesia yang berada di Amerika Serikat dalam membangun bangsanya adalah melalui transformasi pengetahuan dan tidak menafikan identitas nasionlaismenya dalam berkarakter, berbudaya, beragama, dan berientitas pada kemajuan suatu pendidikan dalam rangka membesarkan atau membangun bangsanya menuju masyarakat yang berpendidikan dan berpengetahuan.

Dari jendela Amerika itu, Soedjatmoko telah melahirkan sejumlah kekuatan besar dalam menghimpun konsep-konsep pendidikan secara keseluruhan bagi masyarakat Indonesia.

Perlunya program pembinaan pada anak-anak bangsa semenjak dini merupakan estafet atau mencipatakan regenerasi unggulan untuk pembangunan bangsanya. Titik berat intelektulitas sangat berfungsi vital berdasarkan kapasitas yang digelutinya. Dari sektor pertanian misalnya, melalui sumber potensi manusianya bagiamana menyiapkan lahan subur untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat dan perkembangan selanjutnya tanpa menghilangkan perawatan ekologis sebagai rasa cinta dan kepdulian terhadap lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk disikapi dengan peningkatan pendapatan melalui sektor pertanian tersebut.

Perlunya pemupukan pendidikan di Universitas adalah tumpuan ilmu pengetahuan pada masyarakat luas tanpa diskriminasi. Pembangunan bangsa Indonesia dapat dikatakan mengalami kemajuan dan semakin meningkat jikalau pendidikan segala aspek di kampus-kampus maupun di luar kampus dapat dimaksimalkan melalui sarana-sarana yang cukup kredibel untuk mencetak kader-kader bangsa unggulan. Sebab masa depan bangsa terletak di pundak pemudanya bukan pada generasi tua.

Kiranya, deskripsi Soedjatmoko melalui kumpulan naskah-naskah pidatonya yang tersunting epik itu harus kita akui sebagai sumbangan besar dan mulia bagi bangsa Indonesia dalam berproses untuk menelorkan gagasan-gagsan baru. Lantas akan kita temukan jawaban selanjutnya apakah Indonesia tergolong bangsa terdidik atau bukan.

*Mahasiswa Ilmu Komunikasi ISIP UMM,
Ketua Forum Madzhab Djaeng (Multicultural Studies and Social Sciences)
penggiat Forum RBC Malang



2 komentar:

  1. Mungkin ya.. bangsa ini terdidik !!!
    dan Mungkin ya juga bangsa ini di didik oleh Amerika...
    tapi dalam artikel di atas terdidik "pendidikan"
    saya hanya bertanya Bang ! kenapa tidak di perluas pembahasannya, ?
    bangsa itu bisa di kerucutkan (") pemudah ta ?

    BalasHapus
  2. kata "bangsa" mewakili dari beragam aspek kultural dan nasional bahkan internasional.
    pada konteks Indonesia, Pndangan Soedjatmoko tertuju pada pentingnya suatu pendidikan bagi siapa saja yang merasa memilki kebangsaan yaitu indonesia.

    BalasHapus

Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email