Rabu, 08 Desember 2010

Agenda Setting Mass Media TV

Klanting Hanyalah Agenda Setting
Oleh: JAMSARI

Klanting, sebuah grup musik pengamen dari terminal Jayabaya Surabaya dalam program acara Indonesia Mencari Bakat (IMB) di Tran TV yang telah dinobatkan sebagai peserta pemenang terbaik IMB pada 24 Oktober Minggu malam adalah bentuk agenda setting yang menipu masyarakat.
 
Kemenangan itu telah merubah nasibnya yang semula mengamen dari satu bus ke bus lain mendadak meroket di dunia intertaintmen apalagi semenjak dikontrak sebagai bintang iklan Telkomsel AS dengan gaya kemeriahan pengamen ala jalanan. Klanting tampil sama-sama sebagai pengamen namun kini hasil uang yang didapatkan mereka sangat berbeda jauh dari pekerjaan ngamen sebelumnya. Profesinya sebagai seorang pengamen kini memiliki tingkat popularitas kelas yang berbeda antara pengamen kelas terminal dan pengamen kelas elit (industri).
 
Derajat intertain Klanting sekarang sudah sama dengan grup musik Projek Pop yang sebelumnya juga pernah membintangi iklan Telkomsel AS. Pun setara dengan grup musik berkelas lain yang sama-sama sebagai bintang iklan seperti Axis, Indosat, Telkomsel dan sebagainya di beberapa industri pertelevisian swasta.
 
Perubahan itu, kemenangan Klanting tak lepas dari beberapa dukungan poling melalui sms dari penonton dan fans berat pendukungnya. Kalau kemudian tiap kali tampil mendapatkan poin nilai dari 1000 sms misalnya, maka sudah dapat kita kalikan berapa keuntungan jumlah suara bagi Klanting hingga menjadi pemenang terbaik di acara IMB tersebut.
 
Namun yang perlu kita tahu bahwa kemenangan Klanting tersebut dalam media profit sekedar lisptik industri dari media massa (ekspansi ekonomi media massa televisi) belaka dimana posisi Klanting dan semua peserta yang lain akan menguntungkan bagi pihak-pihak industri yang berperan sebagai agen media masyarakat.
 
Pertama, pihak industri televisi. Bahwa maraknya acara IMB di Trans TV atau semacam Indoesian’s Got Talent dan Voice of Indonesia di Indosiar, Aksi Anak Bangsa dan Extreme Hunt Talent di RCTI, dan KDI Star di TPI adalah sebuah persaingan masing-masing industri pertelevisian dalam menaikkan posisi rating menuju puncak teratas. Sebab logika industri media televisi secara profit oriented ketika semakin tinggi rating pertelevisian yang didapat maka akan semakin banyak pula sponsor yang mendekat dan didapat.
 
Hanya dengan perubahan isi program, jam tayang (prime time) industri televisi tersebut dapat mengeruk keuntungan dari berbagai macam sponsor yang tentunya memiliki niali tawar rupiah tinggi yang tiap kali menyela di acara tersebut. Sebab iklan tersebut akan ditonton jutaan khalayak dan semakin terkenal agar mudah mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya. Maka tidak heran jika setiap kali acara IMB dan sejenisnya diputar maka muncul tayangan iklan bertubi-tubi bahkan bisa lebih dari 10 kali iklan yang tertayang dengan jenis dan merek iklan yang berbeda-beda.
 
Kedua, industri sponsor yang berada dibalik kemenangan Klanting. Kalau kita lihat ribuan sms pendukung untuk Klanting dari beragam kartu perdana, ada Indosat, Telkomsel, dan sebagainya maka dapat dikalikan dengan jumlah sms yang masuk dengan nilai rupiah per sms. Jika per sms menghasilkan 10 rupiah keuntungan bagi pihak sponsor maka berapa rupiah yang terkumpul tiap kali tayangan IMB dan semacamnya per sms kali tiap tayang plus dikalikan jumlah peserta plus dikalikan durasi tayang per hari-per minggu hingga per bulan.
 
Dan sms itu tidak hanya berlaku pada Klanting saja melainkan pada peserta lain dan di berbagai acara televisi yang serupa dengan IMB (Klanting) seperti Indoesian’s Got Talent dan Voice of Indonesia di Indosiar, Aksi Anak Bangsa dan Extreme Hunt Talent di RCTI, dan KDI Star di TPI.
Betapa kuatnya pengaruh media massa televisi swasta untuk menarik animo sponsor dan maraup keuntungan sebesar-besarnya.
 
Ketiga, pihak peneliti media yang menjual tinggi-rendahnya rating televisi pada pihak industri televisi. Seperti AGB Nielson Media Research misalnya, hanya dengan sedikit kerja dengan memainkan sistem pamantauan acak (random) untuk menyaksikan acara IMB dan sejenisnya pada perwakilan masing-masing keluarga di tiap-tiap provinsi maka sudah mendapatkan data valid untuk dijual pada pihak industri pertelevisian.
 
AGB Nielson Media Research yang berpusat di Italia dan Swizerland yang telah tersebar di seluruh negara-negara dunia, Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia, khususnya Indonesia telah mempengaruhi rating televisi dari isi, durasi, kompetitor, jam tayang, kontekstual, mutu penerimaan sinyal dan promosi. Sehingga laku dan tidaknya televisi, sponsor akan ditentukan olehnya.Tawaran tinggi teletak pada seberapa tinggi rating program tayangan televisi yang mereka survey sehingga dapat menahlukkan industri televisi dan para sponsor yang siap merogoh kantongnya untuk membeli hasil data survey tersebut.
 
Itulah kekuatan dibalik media televisi yang selama ini masyarakat tidak akan pernah tahu bahwa agenda setting dunia pertelevisian telah dikendalikan pihak tertentu.
 
Maka, Klanting yang sesungguhnya adalah permainan agenda setting industri media antara pihak industri televisi, pihak sponsor, dan pihak peneliti media terbesar di dunia. Meskipun popularitas Klanting sudah diakui khalayak tetapi yang menikmati hasil kekayaan berlimpah rauh tetaplah para pemegang agenda setting. Kemudian lambat laun Klanting pun akan kembali ke asalnya sebagai pengamen terminal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email