Rabu, 08 Desember 2010

Angkringan Yogya

Dari Angkringan Yogyakarta untuk Bangsa
Oleh: JAMSARI

Angkringan merupakan salah satu bentuk dari ruang publik unik masyarakat di Yogyakarta yang tiap orang pasti mengenalnya dengan bungkusan nasi kucingnya dan aneka macam makanan goreng, kopi, teh, es teh, wedang jahe, yang tersaji sederhana dengan harga relatif murah dan merakyat.


Angkringan sudah membudaya dan berada di sepanjang jalan hingga sudut-sudut kota Yogyakarta menjadi tempat tongkrongan kalangan pelajar, para mahasiswa hingga para warga Yogyakarta itu sendiri sebagai ruang publik multifungsi dengan menikmati bungkusan nasi kucing murah meriah, segelas teh atau kopi, aneka makanan dan lain sebagainya pada malam hari.

Namun Angkringan juga dapat kita jumpai di kisaran jam tujuh pagi sampai siang hari di tempat-tempat tertentu yang mempunyai peran dan fungsi layakanya warung-warung biasa sebagai tempat penyedia nasi bungkus kucingan, makanan gorengan (tempe, tahu, dll.) dan minuman pada umumnya.

Berbeda dengan Angkringan yang dibuka sejak sore hari hingga larut malam bahkan ada yang sampai jam tiga pagi lebih dikatakan sebagai ruang publik multifungsi. Artinya dari segala macam aktivitas perkumpulan manusia di situ tertumpuk menjadi satu setiap malam. Bagi kalangan pelajar dan para mahasiswa sederhananya bisa disebut sebagai tempat tongkrongan dan tempat mencari makanan murah seperti bungkusan nasi kucing yang cukup dibeli dengan harga Rp 1000-1500 per bungkus. Sedangkan bagi warga setempat dapat difungsikan sebagai tempat relaksasi (kongko-kongko) dengan menyeruput segelas teh atau kopi sambil membicarakan seputar persoalan-persoalan sederhana sampai pada persoalan berat seperti politik, pemerintah dll.

Hal yang menonjol bagi para mahasiswa di Angkringan tersebut kerap kali menjadi tempat diskusi dengan segala macam topik dari pergerakan, pengetahuan humaniora, filsafat, bedah buku, teater, budaya, sosial-politik, sosial-ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya sesuai dengan komunitas, kampus, fakultas dan jurusan yang mereka tekuni, hampir terjadi di setiap malam di manapun Angkringan berada.

Pun sebagai titik bertemunya sejumlah aktivis kalangan mahasiswa, aktivis lembaga sosial kemasyarakatan, komunitas penulis, komunitas penerbitan buku, komunitas budaya, kelompok marketing, karyawan sampai pada komunitas anak-anak jalanan.

Kalau kita lihat bahwa Angkringan dalam pemahaman umum masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah berasal dari kata “nangkring” yang dalam bahasa Jawa Timuran sering disebut “nongkrong” sambil ngopi. “Nangkring” dan “nongkrong” secara konotasi pemahaman maknanya tak jauh beda dengan duduk. Jadi Angkringan yaitu tempat duduk di atas dingklik (kursi panjang dengan empat kaki yang terbuat dari kayu) secara santai untuk melepaskan lelah dan penat pikiran, ngobrol dengan tujuan menghibur diri di sebuah warung makan dan minum.

Fenomena nongkrong, kongko-kongko di tempat makan dan minum yang sering kali disebut Angkringan memiliki denotasi peran signifikan dalam kehidupan masyarakat pelajar, mahasiswa, dan warga sebagai ruang publik yang sengaja ditampilkan sejak beberapa tahun yang silam di Yogyakarta.

Kemudian sambil minum-makan makanan gorengan, makanan ringan atau menghisab sebatang rokok misalnya, mereka sangat menikmati sambil berdiskusi, saling adu argumen dan mampu melahirkan ide-ide, gagasan-gagasan yang sangat membangun budaya perkembangan diskursus pengetahuan dalam setiap meja dan dingklik yang di tempatinya.

Sejumlah gagasan dan ide tersebut hadir sebagai representasi pemikiran yang dalam konsep Public sphere Jurgen Habermas sebagai ruang publik yang memiliki peran kontrol sosial tinggi terhadap pemerintah dalam dinamika suatu perubahan menuju nalar kritis, emansipatoris, tranformatif melalui ekspresi, hak berpendapat, dalam mengembangkan potensi dan sumber daya manusia yang ada.

Di samping itu kontrol sosial terlahir dari adanya kegelisahan masyarakat atas beberapa persoalan kebijakan pemerintah, kondisi politik, kondisi alam-lingkungan, kerapuhan budaya, melemahnya budaya membaca-menulis, tumbuhnya nilai-nilai plagiarisme sampai pada persoalan ekonomi.

Ruang publik dalam pandangan Habermas adalah sebagai bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap segala bentuk kebijakan pemerintah yang pada waktu itu Nazi hampir menguasai seluruh Jerman secara mutlak. Budaya otoriter dan militer yang dilakukan Nazi bagi sejumlah kalangan kritis dari Madzhab Frankurt Jerman dinilai tidak bisa menjadi sebuah acuan keadilan terhadap masyarakat Jerman secara penuh. Sebab Nazi telah membunuh banyak nyawa masyarakat Jerman untuk sekedar memenuhi ambisi kekuasaan dan kepentingan pemerintah dalam mencapai suatu kepuasan emosional individu kepemipinan suatu bangsa dan negara.

Ruang publik yang bernama Angkringan adalah bentuk sosiologi budaya sosial ekonomi rakyat yang mampu membangkitkan ruh-ruh kesadaran bagi pendidikan para pelajar, mahasiswa dan warga sebagai tempat menetaskan segala bentuk perkembangan pemikiran dalam menghadapi segala bentuk persoalannya.

Bentuk perkembangan itu bisa terimplikasikan dan terealisasi menjadi berbagai hal aktif dan melahirkan sejumlah pergumulan, kelompok, yang saling mengisi kegersangan hati di antara mereka.

Bagi yang hanya datang untuk merefres otak dengan secangkir kopi atau teh, mereka bisa bertemu dengan teman-teman lain yang memiliki background pendidikan, bakat, kelebihan potensi yang saling melengkapi. Suka wacana politik dapat diobrolkan. Suka budaya dan lain sebagainya bisa dicairkan dalam suasana kesederhaan Angkringan.

Tempat yang berderet dengan meja dan dingklik itu telah menjadi saksi bisu sebagai ruang publik multifungsi. Dari Angkringan dapat merubah diri manusia menjadi kreatif, inovatif, serta aktif dalam berpikir untuk menghadapai segala jenis perkembangan dan tantangan yang ada.

Tak hanya itu, semakin bertambahnya Angkringan di Yogyakarta akan menjadi simbol peradaban rakyat Yogyakarta sebagai ruang publik yang dapat mencerdaskan kehidupan manusia berbangsa dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email