Dari
Angkringan Yogyakarta untuk Bangsa
Oleh:
JAMSARI
Angkringan merupakan
salah satu bentuk dari ruang publik unik masyarakat di Yogyakarta
yang tiap orang pasti mengenalnya dengan bungkusan nasi kucingnya dan
aneka macam makanan goreng, kopi, teh, es teh, wedang jahe, yang
tersaji sederhana dengan harga relatif murah dan merakyat.
Angkringan sudah
membudaya dan berada di sepanjang jalan hingga sudut-sudut kota
Yogyakarta menjadi tempat tongkrongan kalangan pelajar, para
mahasiswa hingga para warga Yogyakarta itu sendiri sebagai ruang
publik multifungsi dengan menikmati bungkusan nasi kucing murah
meriah, segelas teh atau kopi, aneka makanan dan lain sebagainya pada
malam hari.
Namun Angkringan
juga dapat kita jumpai di kisaran jam tujuh pagi sampai siang hari di
tempat-tempat tertentu yang mempunyai peran dan fungsi layakanya
warung-warung biasa sebagai tempat penyedia nasi bungkus kucingan,
makanan gorengan (tempe, tahu, dll.) dan minuman pada umumnya.
Berbeda dengan
Angkringan yang dibuka sejak sore hari hingga larut malam bahkan ada
yang sampai jam tiga pagi lebih dikatakan sebagai ruang publik
multifungsi. Artinya dari segala macam aktivitas perkumpulan manusia
di situ tertumpuk menjadi satu setiap malam. Bagi kalangan pelajar
dan para mahasiswa sederhananya bisa disebut sebagai tempat
tongkrongan dan tempat mencari makanan murah seperti bungkusan nasi
kucing yang cukup dibeli dengan harga Rp 1000-1500 per bungkus.
Sedangkan bagi warga setempat dapat difungsikan sebagai tempat
relaksasi (kongko-kongko) dengan menyeruput segelas teh atau kopi
sambil membicarakan seputar persoalan-persoalan sederhana sampai pada
persoalan berat seperti politik, pemerintah dll.
Hal yang menonjol
bagi para mahasiswa di Angkringan tersebut kerap kali menjadi tempat
diskusi dengan segala macam topik dari pergerakan, pengetahuan
humaniora, filsafat, bedah buku, teater, budaya, sosial-politik,
sosial-ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya sesuai dengan
komunitas, kampus, fakultas dan jurusan yang mereka tekuni, hampir
terjadi di setiap malam di manapun Angkringan berada.
Pun sebagai titik
bertemunya sejumlah aktivis kalangan mahasiswa, aktivis lembaga
sosial kemasyarakatan, komunitas penulis, komunitas penerbitan buku,
komunitas budaya, kelompok marketing, karyawan sampai pada komunitas
anak-anak jalanan.
Kalau kita lihat
bahwa Angkringan dalam pemahaman umum masyarakat Yogyakarta dan Jawa
Tengah berasal dari kata “nangkring” yang dalam bahasa Jawa
Timuran sering disebut “nongkrong” sambil ngopi. “Nangkring”
dan “nongkrong” secara konotasi pemahaman maknanya tak jauh beda
dengan duduk. Jadi Angkringan yaitu tempat duduk di atas dingklik
(kursi panjang dengan empat kaki yang terbuat dari kayu) secara
santai untuk melepaskan lelah dan penat pikiran, ngobrol dengan
tujuan menghibur diri di sebuah warung makan dan minum.
Fenomena nongkrong,
kongko-kongko di tempat makan dan minum yang sering kali disebut
Angkringan memiliki denotasi peran signifikan dalam kehidupan
masyarakat pelajar, mahasiswa, dan warga sebagai ruang publik yang
sengaja ditampilkan sejak beberapa tahun yang silam di Yogyakarta.
Kemudian sambil
minum-makan makanan gorengan, makanan ringan atau menghisab sebatang
rokok misalnya, mereka sangat menikmati sambil berdiskusi, saling adu
argumen dan mampu melahirkan ide-ide, gagasan-gagasan yang sangat
membangun budaya perkembangan diskursus pengetahuan dalam setiap meja
dan dingklik yang di tempatinya.
Sejumlah gagasan dan
ide tersebut hadir sebagai representasi pemikiran yang dalam konsep
Public sphere Jurgen Habermas sebagai ruang publik yang memiliki
peran kontrol sosial tinggi terhadap pemerintah dalam dinamika suatu
perubahan menuju nalar kritis, emansipatoris, tranformatif melalui
ekspresi, hak berpendapat, dalam mengembangkan potensi dan sumber
daya manusia yang ada.
Di samping itu
kontrol sosial terlahir dari adanya kegelisahan masyarakat atas
beberapa persoalan kebijakan pemerintah, kondisi politik, kondisi
alam-lingkungan, kerapuhan budaya, melemahnya budaya membaca-menulis,
tumbuhnya nilai-nilai plagiarisme sampai pada persoalan ekonomi.
Ruang publik dalam
pandangan Habermas adalah sebagai bentuk kontrol sosial masyarakat
terhadap segala bentuk kebijakan pemerintah yang pada waktu itu Nazi
hampir menguasai seluruh Jerman secara mutlak. Budaya otoriter dan
militer yang dilakukan Nazi bagi sejumlah kalangan kritis dari
Madzhab Frankurt Jerman dinilai tidak bisa menjadi sebuah acuan
keadilan terhadap masyarakat Jerman secara penuh. Sebab Nazi telah
membunuh banyak nyawa masyarakat Jerman untuk sekedar memenuhi ambisi
kekuasaan dan kepentingan pemerintah dalam mencapai suatu kepuasan
emosional individu kepemipinan suatu bangsa dan negara.
Ruang publik yang
bernama Angkringan adalah bentuk sosiologi budaya sosial ekonomi
rakyat yang mampu membangkitkan ruh-ruh kesadaran bagi pendidikan
para pelajar, mahasiswa dan warga sebagai tempat menetaskan segala
bentuk perkembangan pemikiran dalam menghadapi segala bentuk
persoalannya.
Bentuk perkembangan
itu bisa terimplikasikan dan terealisasi menjadi berbagai hal aktif
dan melahirkan sejumlah pergumulan, kelompok, yang saling mengisi
kegersangan hati di antara mereka.
Bagi yang hanya
datang untuk merefres otak dengan secangkir kopi atau teh, mereka
bisa bertemu dengan teman-teman lain yang memiliki background
pendidikan, bakat, kelebihan potensi yang saling melengkapi. Suka
wacana politik dapat diobrolkan. Suka budaya dan lain sebagainya bisa
dicairkan dalam suasana kesederhaan Angkringan.
Tempat yang berderet
dengan meja dan dingklik itu telah menjadi saksi bisu sebagai ruang
publik multifungsi. Dari Angkringan dapat merubah diri manusia
menjadi kreatif, inovatif, serta aktif dalam berpikir untuk
menghadapai segala jenis perkembangan dan tantangan yang ada.
Tak hanya itu,
semakin bertambahnya Angkringan di Yogyakarta akan menjadi simbol
peradaban rakyat Yogyakarta sebagai ruang publik yang dapat
mencerdaskan kehidupan manusia berbangsa dan bernegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan kritik dan saran anda melalui kotak komentar di bawah, dan apabila ingin memberikan tanggapan yang lebih panjang bisa langsung menghubungi via Email